Pagi ini sesuai rencana saya bersama istri tercinta sudah bersiap untuk short touring tunggal ke kebun teh untuk melepaskan penat perkotaan.
Setelah mempersiapkan si Tigi dengan memeriksa semua kelengkapan dan melumasi rantainya, kamipun berangkat dengan kecepatan standard. Ada sedikit kesulitan dengan handle persneling Tigi pagi ini. Akhirnya saya mencari bengkel terdekat untuk mengganti oli mesin. Dan benar, setelah penggantian oli si Tigi langsung kembali asik diajak bermanuver.
Tepat di area lumpur panas Porong, konvoi Harley Davidson (yang kira-kira akhirnya mereka ke arah Bali) meraung-raung di belakang saya, dan tanpa pikir panjang kesempatan yang baik itu saya gunakan untuk menghindari kemacetan yang panjang meskipun sebenarnya agak kurang sopan. Lumayan menghemat waktu karena akhirnya kita berpencar di bundaran Gempol.
Udara cukup bagus, dan memacu si Tigi di atas 100 Kpj di trek lurus dan mulus memberikan sensasi tersendiri karena sehari-hari Tigi hanya berpacu di kisaran 40-60 Kpj saja selama 20 menit.
Karena saya tidak pernah ke Wisata Agro Wonosari atau biasa disebut juga Kebun Teh Lawang di desa Wonosari , Kecamatan Lawang – Malang, saya benar-benar mempercayakan kemampuan GPS yang sudah saya persiapkan sebelumnya. Rute yang saya tempuh lumayan terbantu oleh GPS di Soner saya (S7.821040 – E112.644340)
Mulai lepas dari jalan raya Lawang, saya sudah disuguhi rute yang mulai menanjak untungnya jalanan lumayan bagus. Catatan buat pengendara, perhatikan agar menjaga putaran dan perseneling yang tepat di area ini, selain jalan yang relatif menanjak juga banyak tikungan cilukba yang sempit. Jadi persiapkan kendaraan, dan waspada. Tidak jarang, serombongan pengendara trail juga akan turun dengan kecepatan dan mesin yang meraung karena memang medan ini cukup menarik bagi penunggang motor trail.
Udara yang bersih dan sejuk benar-benar saya nikmati sepanjang perjalanan. Penunjuk arah di pinggir jalan pun sangat jelas dan membantu kita menuju perkebunan.
Perjalanan selama hampir 2 jam, akhirnya membawa kami ke perkebunan. Setelah membeli tiket masuk dan parkir sebesar 25 ribu (1 motor, 2 dewasa) kami pun mulai menyusuri jalan setapak dengan berjalan kaki agar lebih menikmati suasana, meskipun di beberapa lokasi sepeda motor sepertinya dimungkinkan untuk masuk. Sayang sekali ternyata kalau hari minggu pabrik pengolahan teh tidak berproduksi demikian pula pemetik teh sehingga kami hanya bisa menikmati suasana alam tanpa aktivitas pemetik teh. Kami benar-benar menikmati oksigen murni yang berlimpah di tempat ini dan tanpa polusi yang berarti. Puas berkeliling di lokasi yang dikelola PTPN XII ini, kami menikmati brunch (breakfast & lunch) di resto yang menyajikan makanan seperti rawon, nasi goreng, dan penganan sederhana lainnya. Tidak lupa membeli satu pak teh vanili dan 1 pak teh hijau (Camelia Sinensis).
Selepas tengah hari, kami memutuskan untuk kembali dan dalam perjalanan pulang kami sempatkan mampir di kedai Kuwe Ote-Ote/Heci Porong untuk membeli sekotak ote-ote untuk camilan di rumah. Ini adalah salah satu ikon Porong yang pasti sayang untuk dilewatkan. Lokasinya ada dua, yang pertama di Jalan Raya Muka Pasar No. 120-Porong persis di depan area bendungan lumpur Porong, dan cabangnya di Jalan Raya Surabaya-Malang KM40 Pandaan. Toko ini khas menjual Ote-ote, Hiwan, Kekian, Yenbe, Siomay,dll. Sebenarnya ada beberapa tempat asik lainnya yang bisa Anda kunjungi jika melewati rute ini antara lain Taman Safari Prigen, Taman Dayu, Bakpao Telo, atau Nongko Jajar.
Perjalanan hari ini akhirnya tuntas dengan membawa sekotak ote-ote teman minum teh hijau di sore hari. Sampai jumpa pada touring berikutnya.