Mayungan-Setelah beristirahat semalam di rumah, pagi hari saya self riding ke daerah Mayungan di desa Baturiti Tabanan. Desa Mayungan adalah sebuah desa terpencil yang berbatasan dengan wilayah Denpasar, Gianyar, dan Tabanan. Untuk mencapainya bisa melalui desa Baturiti atau Petang. Meskipun saya asli dari Tabanan, namun mendengar nama desa Mayungan ini baru beberapa bulan belakangan setelah beberapa kawan-kawan di kampung halaman menggagas pesta rakyat Mayungan Agro Festival disana.
Seperti dilansir metrobali untuk menuju Menuju Desa Adat Mayungan bisa ditempuh dari dua jalur, yaitu; melalui jalur Denpasar – Mengwi menuju kota Singaraja. Sepuluh kilometer sebelum obyek wisata Bedugul kita akan melewati Desa Baturiti. Dari Baturiti kita belok kanan menempuh jalan kecil sekitar 2 Km.
Jalur kedua, bisa ditempuh dari Denpasar ke arah utara, searah menuju obyek wisata hutan kera, Sangeh. Dari Sangeh kita menempuh jarak 15-an km lagi menuju arah Desa Sulangai, beberapa menit perjalanan kita pun akan tiba di desa Pakraman Mayungan. Dan saya memilih rute kedua setelah mendengar cerita kawan-kawan bahwa rute dari Baturiti lebih ‘kejam’ dari yang pertama. Dengan jenis ban sport yang saya miliki saya tidak berani ambil resiko lewat Baturiti.
Rute melalui Petang sangat cocok karena dominan aspal hingga desa Sulangai dengan kelokan khas pedesaan dengan pemandangan yang sangat indah, begitu masuk desa adat Mayungan kita disuguhi rute yang lebih tepat dilalui off roader. Beberapa kali ban terbenam tanah gembur dan debu-debu berhamburan menutupi pandangan. Rute seperti ini terbentang sekitar 1-2 km dan belum tersentuh aspal.
Memasuki desa adat Mayungan kita mendapati ciri khas bunga gemitir yaitu bunga berwarna kuning, oranye, atau kombinasi yang biasanya digunakan untuk bahan sembahyang umat Hindu atau hiasan di hotel-hotel.
Disini saya mampir di perkebunan milik Bali Gemitir yang dikelola Bpk. Erwin Sjoekoer yang juga memiliki perkebunan di Australia dan Thailand. Suatu keunikan tersendiri bahwa di tengah sunyinya alam desa, siapa sangka Bp. Erwin mengusung peralatan bandnya disini dan bersama karyawan-karyawannya berlatih bersama. Hingga akhirnya tercetus ide pada acara tujuhbelasan, beliau mengadakan event Mayungan Agro Festival untuk mengadakan pentas seni, musik, lomba khas tujuhbelasan, dan pameran pertanian. Inilah tujuan saya kesini menghadiri acara tersebut.
Lomba-lomba seperti panjat pinang, menangkap babi dan belut, makan kerupuk, menjadi hiburan yang menyenangkan bagi pengunjung yang tidak hanya masyarakat setempat tapi juga dari luar Tabanan seperti Gianyar, Denpasar, dan wilayah sekitarnya.
Sungguh suatu kegembiraan tersendiri bertemu teman-teman yang hebat, di tengah keramahan dan keakraban khas pedesaan.
Artikel lain:
- Mayungan Agro Festival, Menggagas Festival Kebun ala Tabanan (1)
- Mayungan Agro Festival, Menggagas Festival Kebun ala Tabanan (2)
- Mayungan Agro Festival, Menggagas Festival Kebun ala Tabanan (3)
- Dari Mayungan Agro Festival: Menjadikan Baturiti “Kota Pertanian” Bunga, Mungkinkah?
Foto: Koleksi pribadi, metrobali, Wayan Dwitanaya, Gede Sinu