Hai all,,, Kali ini saya mau share pengalaman wisata lokal yang baru kemaren saya lakukan di mojokerto.Kalo istilah makanan nie, masih Fresh from the OPEN. Pada tau kan lokasi kota Mojokerto?? Yupp.. kota yang berbatasan dengan Sidoarjo dan masuk wilayah jawa timur ini menyimpan banyak wisata sejarah bangsa kita. Khususnya Sejarah tentang kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan terbesar di Indonesia.
Nah,,, sebenarnya tujuan utama saya wisata ke Mojokerto mau tau keindahan patung Buddha tidur yang katanya terbesar ke-3 seAsia. Dan katanya lagi kalo liat patung ini atmosfernya serasa gak diIndonesia, berasa kayak di Thailand gitu. Ato bisa dibilang KW 1 Thailand. Itu info yang saya dapat dari teman-teman yang sudah pernah kesana. Karena penasaran dan ada kesempatan libur hari Isra’ Mi’raj yang jatuh pada tanggal 6 Juni 2013 kemaren saya dan suami liburan kesana.
Berangkat dari surabaya jam 6.30, dengan cuaca mendung yang bikin was-was takut hujan diperjalanan. Tapi tetep aja nekat berangkat, berharap cuaca disana cerah karena beda kota. Ternyata sepanjang perjalanan Surabaya-Sidoarjo-Mojokerto cuaca tetap mendung. Oh iya, untuk mencapai Mojokerto dari kota Surabaya saya menempuh rute puter balik cito (bunderan Waru) yang ke arah Krian-Kletek-lurus saja mengikuti papan plang arah ke Mojokerto karena kita berdua benar-benar buta arah dan rute ke kota ini. Dengan kecepatan motor antara 70-80 km/jam Surabaya-Mojokerto bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 1,5 jam-an.
Informasi yang kami tahu, patung Buddha tidur ini terletak di Maha Vihara, desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto. Karena keterbatasan informasi lokasi yang kami dapat. Setelah memasuki wilayah kota Mojokerto, selain mengandalkan Gmaps kami sempatkan berhenti sesekali untuk menanyakan arah menuju patung Buddha pada penduduk sekitar. Takutnya nanti salah jalan, karena Gmaps juga gak selamanya benar (pengalaman pribadi ngikutin peta Gmaps waktu ke air terjun dibojonegoro, tersesat disawah-sawah).
Kami lanjutkan perjalanan sambil nyari-nyari plang penunjuk arah yang biasanya berwarna hijau, akhirnya nemu juga sebelum perempatan, disitu tertulis kalo jalan lurus ke arah Jombang, belok kanan ke arah Candi Brahu, belok kiri ke museum, Candi Tikus, kolam segaran, dan pendopo agung tapi tidak ada petunjuk ke arah patung Buddha tidur, Nah lho..!!. Karena banyak wisata yang lebih banyak jika kita belok kiri, kami putuskan memilih rute ini. (maaf gak kepikiran moto plang petunjuk arahnya :D)
Sekitar 5 menit naek motor dengan kecepatan sedang, di kiri jalan kami menemukan kolan besar dan diujungnya bertuliskan kolam segaran. Lokasi kolam yang berada tepat disisi jalan memudahkan kita untuk menemukanya. Kolam ini merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit yang salah satu fungsinya dahulu pernah digunakan untuk menjamu perwakilan dari Kerajaan Tiongkok yang berkunjung ke Majapahit. Kerajaan Majapahit ingin menunjukkan kekayaan kerajaanya dengan membuang barang-barang yang tebuat dari emas, ke dalam kolam segaran ini dihadapan para tamu dari Tiongkok tersebut. Disamping kolam banyak warung-warung lesehan yang menyediakan menu nasi ikan wader. Disini banyak juga penduduk yang memancing ikan, sambil menikmati sejuknya pemandangan disekitar kolam. (Lagi-lagi saya lupa ngambil foto, karena keasikan istirahat).
Setelah cukup melepas lelah, kami lanjutkan perjalanan dan lokasi yang kami tuju adalah Candi Tikus karena disamping kolam ada jalan yang lebih kecil dan ada papan petunjuk wisata Candi Tikus. Oh iya sesaat sebelum berangkat melanjutkan perjalanan awan berangsur hilang dan matahari kembali memancarkan sinarnya. Kami bersyukur karena cuaca cerah menemani perjalanan kami selanjutnya. Dalam perjalanan ke wisata Candi Tikus kami melewati makam Putri Campa, yang merupakan salah satu selir dari Raja Majapahit (Prabu Brawijaya V). Kami teruskan perjalanan dan kami lewati lokasi ini karena jalan menuju ke arah lokasi masih jalan tanah dan becek karena abis hujan. Sampai di pertigaan kecil ada papan petunjuk arah, ke kiri menuju kuburan panjang dan ke kanan ke arah Candi Tikus. Diperjalanan ke arah Candi Tikus ini kami menemukan papan petunjuk Candi Minak Jinggo, tapi setelah tiba dilokasi ternyata lokasi masih terkunci. Kami pastikan arah ke Candi Tikus dengan bertanya kepada penduduk sekitar. Dari beliau kami dapat info menuju lokasi candi tinggal jalan lurus mentok belok kiri dan ikuti rute jalan dari beliau pula kami mendapat informasi bahwa sebelum Candi Tikus ada Candi Bajang Ratu yang tempatnya sayang untuk tidak dikunjungi.
Benar saja, sekitar 15menit melanjutkan perjalanan disisi kiri ada taman yang sejuk dan berdiri sebuah candi kecil ditengah-tengah taman tersebut. Suasana lokasi masih sepi saat kami datang kelokasi, hanya ada para petugas yang sedang membersihkan dan merapikan taman. Setelah parkir kendaraan dan menulis buku tamu kami langsung melihat-lihat sekitar lokasi. Untuk memasuki candi ini tidak dikenakan biaya karcis, tapi petugas yang menemani kami menulis buku tamu bilang untuk memberikan sumbangan sukarela.
Lokasi wisata Candi Bajang Ratu ini sungguh asri dan menyejukkan, ada kolam-kolam ikan kecil lengkap dengan bunga teratai diatasnya. Semak-semak perdu yang dibentuk seperti bintang, helikopter, simbol cinta (Love) dan beberapa tempat duduk untuk menikmati indahnya tempat ini disisi taman. Ada juga toilet kecil tanpa penjaga, yang menerapkan konsep toilet kejujuran dengan hanya meletakkan kotak untuk memasukkan uang yang diatasnya bertuliskan “toilet kejujuran” lengkap dengan harga yang harus dibayarkan jika kita akan menggunakanya.
mantaps, lain kali disambung lagi ke mojokertonya,
masih banyak lagi yg belum kita kunjungi en.
Ehemmmm,, siiippp.
Lanjutkan!!! 🙂
ayo,, dishare juga disini kalo punya pengalaman jalan-jalan seru mb syafa’ 😛