Pesona Negeri

Biker, Traveller, Culinary, and Photography

Facebook
RSS

Entah sejak kapan kata-kata nasi punel itu selalu terngiang di telinga saya.

Biuh.. nasi punel jan enak lho,” kata seorang teman
Nasi Punel Bu Lin uenak tenan,” timpal yang lain lagi pada satu kesempatan
Ayo ngaspal ke Bangil, andhok di Bu Lin mangan sego punel,” lain lagi kata biker
Nang Bangil gak seru lek gak mangan sego punel pret!,” racun teman lainnya

Penasaran..penasaran..dan penasaran, efek dari racun-racun para sahabat tentang nasi punel ini. Apaan sih nasi punel ini, kok pada heboh bilang enak. Akhirnya kemarin ketika berkunjung ke salah satu client saya di perusahaan farmasi, saya kesampaian juga mampir andhok makan nasi punel yang ternyata memang pulen dan lezat dengan beragam lauknya. Ternyata kata punel ini sama dengan pulen.

Kini nasi punel seolah menjadi trade-mark kota Bangil. Kita dengan mudah menemui warung makan nasi punel yang khas ini di seputaran alun-alun kota Bangil. Yang cukup populer adalah nasi punel Bu Lin di dekat alun-alun/masjid,namun sayang kemarin warung Bu Lin masih belum buka, mungkin masih dalam suasana liburan lebaran. Untungnya kini warung serupa makin banyak dan saya coba makan di salah satu warung di dekat Bu Lin, sekitar 50 meter menuju arah Pasuruan.

Warungnya sederhana saja, dan di etalase kacanya yang sederhana saya melihat jajaran jerohan seperti hati, limpa, usus, daging empal, dan lain-lain. Wuih lengkap jeh! Tanpa pikir panjang, langsung saya pesan satu porsi dengan lauk limpa dan hati goreng berbumbu tipis plus segelas es teh manis.

Nasi Punel khas Bangil-Pasuruan

Nasi Punel khas Bangil-Pasuruan

Hmmm…nasi yang pulen hadir di hadapan dengan beralas daun pisang dan lauk yang hampir memenuhi pinggiran nasi. Wangi serundeng yang ditaburkan makin membuat perut berontak tak sabar menunggu saya yang lagi memotret sajian khas ini. Sepintas saya melihat kemiripan dengan nasi krawu atau nasi serpang khas Bangkalan. Taburan serundeng, sambal kacang, menjeng, klomotan, bothok kelapa, sayur tewel dengan tahunya yang pedas ringan, membuat makan siang terasa sangat nikmat ditambah semilir angin dari kebun pisang di belakang warung.

Menurut saya sambal kacang panjangnya agak kurang nendang, tapi bagaimanapun itu hanya masalah cita rasa khas saja, mungkin memang demikian sampai nanti suatu saat saya mencoba lagi di warung yang lain. Secara umum citarasa yang disajikan cukup enak. Hawa panas musim kemarau  pun langsung sirna ketika es teh menandaskan sesi makan siang sebelum meluncur kembali ke Surabaya.

Dengan menggelar 14 ribu rupiah dari dompet untuk seporsi nasi punel nan pulen super duper lengkap ini, saya menitipkan pesan buat PNers, jika melintas di kota Bangil jangan lupa untuk mencicipi sajian khas ini dijamin kelezatannya akan membuat Anda puas. Salam.


Paon Mak Mo, Kuliner

Makan gurami goreng, gurami bakar sudah jamak. Dimana-mana mudah dijumpai, ...

DE'SO, Ayam Asap End

Tabanan salah satu kota di Bali ternyata menyimpan satu kuliner ...

Menyisir keindahan d

Pantai Kukup Setelah dari Pantai Baron kami melanjutkan perjalanan ke pantai ...

Pesona Alam Gunung K

Pesona Gunung Kidul tidak sekedar dari kulinernya khas seperti walang ...

Pesona kuliner Madiu

Kalau anda pergi ke Madiun, pasti anda akan langsung teringat ...